Do’a
yang kita panjatkan kepada Allah, sejatinya merupakan pernyataan diri
akan kelemahan dan kerendahan kita, sekaligus sebagai pernyataan akan
penghambaan dan ketundukan diri kita kepada Allah. Begitu tingginya
kedudukan do’a dalam kehidupan seorang muslim, sampai-sampai Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam mengatakan bahwa do’a ibaratkan perisai.
Do’a
merupakan ibadah, bahkan do’a termasuk ibadah yang utama. Dan ibadah
yang kita lakukan sesungguhnya hanya akan diterima ketika kita bisa
menunaikan syarat-syarat agar ibadah kita diterima Allah. Ketika niat
yang tulus murni kita tujukan hanya untuk Allah semata serta kita
melakukannya sesuai dengan apa yang telah dituntunkan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam, maka sesungguhnya kita telah menunaikan
syarat-syarat diterimanya sebuah ibadah.
Begitu
pula dengan do’a yang kita panjatkan. Permohonan do’a yang kita
panjatkan, sudah semestinya kita tujukan hanya kepada Allah saja dan
kita berdoa seperti berdoanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam,
maka insyaAllah do’a kita tidak akan pernah sia-sia. Mengingat begitu
mulia dan pentingnya doa bagi seorang muslim, maka ada beberapa hal yang
perlu kita perhatikan, di antaranya:
1. Senantiasa berdo’a kepada Allah baik ketika ditimpa musibah maupun tidak. Allah berfirman:
وإذا مس الإنسانَ الضرُّ دعانا لجنبه أوقاعداً أو قائماً فلما كشفنا عنه ضُرُّه مرّ كأن لم يدعنا إلى ضُرٍّ مسهُّ
“Dan
apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan
berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu
dari padanya dia (kembali) melalui (jalannya) yang sesat, seolah-olah
dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang
telah menimpanya. (QS. Yunus: 12)
2. Tidak bermalas-malasan dalam berdo’a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
أعجِزُ الناس من عجز عن الدعاء وأبخلهم من بخل بالسلام
“Orang yang paling lemah adalah yang lemah (malas) untuk berdo’a dan orang yang paling kikir adalah yang kikir dalam bersalam.” (HR. Abu Ya’la, Thabrani, dan Ibnu Hibban, dengan sanad yang shahih)
3. Tidak melampaui batas dalam berdo’a, seperti berdo’a dengan suara nyaring dan keras. Allah berfirman:
ادعوا ربكم تضرعاً وخُفية إنه لايحب المعتدين
“Berdo’alah
kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut , sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raf: 55)
Termasuk dalam kategori melampaui batas dalam berdo’a, antara lain:
a. Terlampaui mendetail (merinci) permohonan dalam berdo’a. Diriwayatkan dari ‘Aisyah:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يستحب الجوامعَ من الدعاء ويدعُ سِوى ذلك
“Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam biasa memilih untuk berdo’a dengan
do’a-do’a yang jami’ (umum) dan meninggalkan yang selain itu.” (HSR. Ahmad dan Abu Daud)
b. Mendo’akan kecelakaan untuk diri sendiri, keluarga dan harta. Allah berfirman:
ويدع الإنسانُ باشرِّ دعاءه بالخير وكان الإنسانُ عجولاَ
“Dan
manusia (seringkali) berdo’a untuk kejahatan sebagaimana ia (biasanya)
berdo’a untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al Isra’: 11)
Demikianlah
Allah melarang hamba-hamba-Nya berdo’a untuk kejelekan bagi dirinya dan
orang lain, sekalipun seorang bapak atau ibu yang mendo’akan kejelekan
kepada anaknya sewaktu marah, karena dikhawatirkan do’a tersebut
bertepatan dengan waktu dimana saat itu Allah menerima dan mengabulkan
do’a hamba-Nya. Sebagaimana Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda:
لاتدعوا على أنفسكم ولا تدعوا على أولادكم ، ولا تدعوا على أموالكم ، لا توافقوا من الله ساعةَ يسأل فيها عطاءً فيستجيب لكم
“Janganlah
kamu berdo’a untuk (kecelakaan) terhadap dirimu begitupun terhadap
anak-anakmu dan terhadap harta bendamu, jangan sampai nanti do’amu itu
bertepatan dengan saat dimana Allah sedang memenuhi permohonan, sehingga
do’a burukmu itu benar-benar terkabul.” (HR. Muslim)
c. Menyatakan dalam berdo’a: “Kabulkanlah jika Engkau menghendaki.” Disebutkan dalam hadits:
عن
أنسٍ بن ملكٍ رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا
دعا أحدَكم فليعزم المسألةَ ولا يقولنّ : أللهم إنْ شئت فأعطني فإنه لا
مُستكرهُ له
“Dari
Anas bin Malik, bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam jika
seorang diantara kalain berdo’a maka hendaknya ia bersungguh-sungguh
dalam memohonkannya. Dan janganlah ia berdo’a: “Ya Allah jika Engkau
menghendaki, anugeerahkanlah aku.” Karena sesungguhnya tidak ada yang
dapat memaksa-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
d. Berdo’a memohon terjadinya dosa ataupun terjadinya pemutusan silaturrahim. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
لايزال يُستجابُ للعبدِ مالم يدع بإثمٍ أو قطيعةِ رحمٍ مالم يستأجل
“Akan
selalu do’a seorang hamba dikabulkan selam ia tidak berdo’a untuk
sebuah dosa, atau (berdo’a) untuk memutuskan silaturrahim serta selama
ia tidak meminta dikabulkan dengan segera.” (HR. Muslim)
4. Tidak tergesa-gesa dalam mengharapkan terkabulnya do’a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
يُستجابُ لأحدِكم مالم يعجل يقول دعوتُ فلم يُستجب لي
“Akan
selalu dikabulkan do’a seorang diantara kalian selama ia tidak meminta
dikabulkan dengan segera, ia berkata: “Saya sudah berdo’a tetapi belum
dikabulkan permohonanku.” (HR. Bukhari)
Umar
bin Khattab pernah berkata: “Saya tidak terlalu mementingkan
terkabulnya do’a tetapi yang terpenting bagiku adalah do’a itu (adalah
ibadah) sehingga apabila kepentinganku adalah do’a maka ijabahnya akan
mengikuti.”
5. Tidak meninggalkan do’a karena lelah dan bosan. Allah berfirman memuji sifat-sifat malaikat-malaikat-Nya:
وله من في السماواتِ والأرضِ ومن عنده لا يستكبرون عن عبادته ولا يستحسرون . يُسبحون الليلَ والنهارَ لا يفتُرون
“Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang dilangit dan dibumi. Dan Malaikat-malaikat
yang disisi-Nya mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya
dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang
tiada henti-hentinya.” (QS. Al Anbiya: 19-20)
6. Tidak berdo’a dengan hati yang lalai. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
واعلموا أن الله لا يستجيبُ دُعاءً من قلب غافل لاه
“Dan ketahuilah! Sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a yang datang dari hati yang lalai dan lengah.” (HR. Tirmidzi dan Thabrani dari Abu Hurairah dan dihasankan oleh Syeikh Al Albani)
7. Mengangkat kedua tangan dalam berdo’a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
إن اللهَ حيٌ كريمٌ يستحيي إذا رفع الرجلُ إليه يديه أن يرُدَهما صفراً خائبين
“Sesungguhnya
Allah yang Maha hidup dan Maha pemurah merasa malu jika seseorang
mengangkat kedua tangannya (berdo’a) kepada-Nya dikembalikan kosong
tidak mendapat apa-apa.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan dihasankan oleh Syeikh Al Albani)
8.
Senantiasa memulai do’a dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Sallam bersabda:
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد الله والثناء ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعوا بماشاء
“Apabila
seseorang diantara kalian berdo’a, maka hendaklah ia memulai dengan
Alhamdulillah dan pujian-pujian kepada Allah, lalu bershalawat kepada
Nabi dan kemudian ia berdo’a dengan apa yang ia kehendaki.” (HSR. Abu Daud)
Demikian
beberapa hal yang patut diperhatikan dan diluruskan oleh setiap muslim
ketika berdo’a. Tertolak atau terkabulnya sebuah do’a adalah hak
prerogatif Allah. Maka selama kita mengikhlaskan do’a hanya kepada Allah
semata dan sesuai dengan adab dan syarat-syarat yang dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, maka insyaAllah Allah akan
mengabulkannya, dan Dia Maha Mendengar semua do’a kita. Wallahu’alam.
Referensi : http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=57794&catid=46&Itemid=362
No comments:
Post a Comment
Apabila ada Kritik, Saran, Dan komentar silahkan di tulis di sini.
HAPPY BLOGGING. :D
Note:
Mohon maaf saya tidak akan menampilkan komentar SPAM, POR**, SARA, komentar yang meninggalkan life link di dalamnya, dan komentar yang berisi iklan/promosi. Demikian harap untuk dimaklumi. :)